oleh

Erupsi Gunung Anak Krakatau Merupakan Tipe Strambolian Hasil PVMBG Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Jakarta, Publikasinews.com – Plt Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Antonius Ratdomopurbo mengatakan erupsi Gunung Anak Krakatau merupakan tipe strombolian.

“Gunung Anak Krakatau merupakan tipe strombolian yang mengeluarkan pijar api bukan awan panas besar,” kata pria yang disapa Purbo seperti dilansir dari Antara di Jakarta, Jumat (4/1/2019).

Oleh sebab itu potensi Gunung Anak Krakatau menimbulkan tsunami cukup kecil. Erupsi yang baru-baru ini terjadi di Gunung Anak Krakatau merupakan letusan freatik, di mana erupsi terjadi akibat magma menyetuh air.

Pada Jumat 4 Januari Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda meletus pada Jumat pukul 14.21 WIB, menimbulkan kolom abu dengan tinggi kurang lebih 2.000 meter di atas puncak atau sekitar 2.110 meter di atas permukaan laut menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Kolom abu dari Anaknya Krakatau mengarah ke utara dan timur laut. Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal. Letusan terekam pada seismogram dengan amplitudo maksimum 14 milimeter dan durasi kurang lebih tiga menit tujuh detik.

Suara dentuman letusan juga terdengar di Pos Pengamatan Gunungapi Anak Krakatau PVMBG. Gunung Anak Krakatau pada Jumat pagi pukul 09.39 WIB meletus dan mengeluarkan kolom abu berwarna putih hingga kelabu dengan tinggi 1.500 m di atas puncak.

Selama Kamis, gunung itu juga meletus 37 kali, melontarkan lava pijar, abu vulkanik dan pasir. Saat ini Gunung Anak Krakatau berada pada Status Level III (Siaga) dengan rekomendasi masyarakat atau wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 5 km dari kawah. Red

Komentar

News Feed