oleh

Ini yang Akan Dilakukan Relawan Gatot Nurmantyo Pasca 1 April 2018

-Politik-1.911 views

Jakarta, Publikasinews.com – Lima bulan jelang masa pendaftaran bakal capres-cawapres yang digelar pada 4-10 Agustus 2018, hanya Gatot Nurmantyo yang terbilang berbeda dari figur-figur lainnya.

Sebab, Gatot bukanlah kader partai politik. Selain itu, dukungan kepada Gatot pun mayoritas datang dari kelompok masyarakat non-partisan.

Dan, lebih menariknya lagi, sebagai prajurit TNI aktif, Gatot dilarang keras berpolitik praktis, apalagi sampai Ber partai politik, sampai hari pensiunnya tiba pada 1 April 2018 nanti.

Dan, sebagaimana Ahok yang didukung oleh kelompok non-partisan yang menamai dirinya Teman Ahok, Gatot pun didukung oleh Relawan Selendang Putih Nusantara (RSPN) yang juga non-partisan.

Menurut Dewan Penasehat DPP RSPN Sugeng Hari Sudrajat, mayoritas relawan yang tergabung dalan RSPN bukan anggota partai politik.

Menariknya, masih menurut pria berumur 56 tahun ini, relawan RSPN pada umumnya berasal dari pendukung Jokowi dan Prabowo Subianto saat Pilpres 2014 yang lalu.

“RSPN terbentuk dari rasa keprihatinan yang sama,” tambah Sugeng saat berbincang lewat WhatsApp pada 26 Maret 2018.

Uniknya, berbeda dari kelompok-kelompok pendukung calon lainnya, nama organisasi relawan pendukung Gatot yang diketuai oleh Rama Yumatha ini tidak mencantumkan nama figur yang didukungnya.

Relawan pendukung Gatot lebih memilih “Selendang Putih” ketimbang “Pro-Gatot”, “Sahabat Gatot”, “Teman Gatot”, atau yang lainnya.

Dalam budaya Indonesia, selendang merupakan lambang kehormatan. Sementara, putih berarti suci.

Dengan demikian, “Selendang Putih” yang dipilih oleh relawan pendukung Gatot dapat dimaknai sebagai kehormatan suci bagi Indonesia.

“Kami selendangkan selendang putih untuk Indonesia,” kata Sugeng.

Sugeng pun mengaku jika pada awalnya RSPN hanya mengharapkan Gatot berkenan tampil memimpin negeri ini.

“Awalnya belum yakin sama sekali. RSPN hanya berkeinginan agar beliau tampil memimpin negeri ini. Baru merasa yakin setelah beliau menjadi narasumber di Program Mata Najwa,” sambung pria asal Banyuwangi, Jawa Timur ini.

Hingga saat ini, RSPN yang  berkantor sekretariat di Pondok Kelapa, Jakarta Timur ini telah didukung 28 DPW dan 116  DPD.

Saat ditanya tentang tanggapan Gatot atas aktivitas politik RSPN yang sensitif mengingat figur yang didukungnya masih aktif sebagai prajurit TNI, Sugeng menjelaskan, jika Gatot tidak mempermasalahkannya sebab dukungan tersebut merupakan hak prerogatif masyarakat.

“Beliau sudah mendengar adanya relawan yang mendukungnya untuk maju sebagai capres dan mengatakan sebagai hak prerogatif masyarakat. Beliau pun menyatakan cukup bangga atas upaya RSPN,” ungkap Sugeng.

Sebagaimana yang diberitakan sejumlah media daring, saat ini RSPN masih bergerak secara senyap.

Namun demikian, Sugeng mengungkapkan jika kelompok relawan yang sudah mengantongi legalitas dari Kemenkumham ini berencana mendeklarasikan pencapresan Gatot pasca-1 April 2018 atau setelah Gatot pensiun.

“Deklarasi semampunya dengan dana yang ada. Sukur kalau ada donatur yang benar benar respek, Satu visi  misi dalam memperjuangkan calon pemimpin terbaik untuk saat ini. Yang jelas setelah beliau pensiun, RSPN berniat untuk menghadap,” ungkap Sugeng.

Sebagai relawan, RSPN menyadari benar jika untuk mencapai tujuannya, sekurangnya dua parpol harus mengusung Gatot.

Untuk itu kelompok relawan yang dibentuk pada  1 Januari 2018 ini gencar melakukan serangkaian pendekatan kepada sejumlah parpol.

Sugeng mengaku upaya yang dilakukan relawan RSPN baru pendekatan yang bersifat informal. Salah satunya dengan menyampaikan permintaan audiensi kepada beberapa parpol, termasuk partai baru, yang dianggap satu visi dan misi dalam membangun bangsa ke depan.

“Pak Gatot Nurmantyo, kami tawarkan sebagai sosok nasonalis yang tidak diragukan lagi serta mampu milindungi dan mengayomi seluruh ekemen bangsa tanpa memandang Suku, agama, dan ras. Selebihnya terserah kepada parpol yang bersangkutan dalam menentukan,” jelas Sugeng.

Terkait dana, Sugeng mengaku jika dana berasal dari swadaya anggota RSPN. Termasuk dalam pendirian posko yang mulai menyebarkan ke sejumlah daerah di tanah air.

“Untuk sementara pakai dana pribadi secara gotong royong sambil menunggu donatur dari manapun juga  yang benar ikhlas dan menghargai perjuangan RSPN serta kagum sama ketokohan Pak Gatot Nurmantyo,” jelas Sugeng yang aktif bermedsos ini.

RSPN mengakui jika tingkat elektabilitas Gatot Nurmantyo masih berada di bawah Jokowi dan Prabowo.

Untuk itu, selain melakulan pendekatan dan audensi ke beberapa parpol, RSPN pun gencar menyosialisasikan  track record Gatot kepada seluruh elemen masyarakat.

“Target kami capres. Ada pun cawapres belum kita bicarakan,” tegas Sugeng saat ditanya tentang adanya kemungkinan bila Gatot hanya akan ditawarkan sebagai cawapres.

Kalau pun pada akhirnya Gatot gagal dicalonkan, menurut Sugeng, saat ini RSPN belum membicarakannya.

Namun, RSPN akan mengalihkan dukungannya pada tokoh siapapun yang dinilai pro rakyat dan sanggup membawa kemajuan serta ketentraman bagi Indonesia.

Sementara itu, dalam memandang serangan-serangan terhadap Gatot, RSPN menyikapinya dengan  bersikap bijaksana mengingat serangan kepada figur-figur tertentu sangat lumrah dalam tahun politik.

“RSPN tidak perlu reaktif dalam menanggapinya. Karena bisa saja yang didapat justru menurunnya simpati dan elektabilitas beliau. Counter terhadap isu-isu miring pun kami lakukan dengan santun dan senyum,” jelas pria penggemar ayam goreng yang dihidangkan di salah satu restoran di Kota Cirebon ini. (GS)

Komentar

News Feed