oleh

Kekhawatiran Prediksi Perlambatan Ekonomi Disebabkan Perang Dagang AS-China Minyak Kembali Terkoreksi

Washington, Publikasinews.con – Harga minyak turun hampir 1% pada perdagangan Jumat (9/11/2018) karena terjadinya oversupply atau kelebihan pasokan dan adanya investor akan perlambatan permintaan yang menekan harga minyak AS ke penurunan harian terdalam sejak 1984.

Benchmark minyak berjangka telah anjlok sekitar 20 persen sejak mencapai puncaknya pada awal Oktober.

“Satu bulan yang luar biasa,” ujar Michael Tran, commodity strategist di RBC Capital Markets. “Sentimen pasar telah bergeser dari paling bullish di mana harga minyak diramalkan menuju US$100 per barel pada beberapa minggu yang lalu, ke sentimen investor terlemah sejak harga terendah di 2016.”

Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka turun 47 sen, atau 0,7 persen menjadi US$70,18 per barel. Selama sesi Brent turun di bawah US$ 70 per barel untuk pertama kalinya sejak April.

Minggu ini harga minyak mentah Brent telah anjlok 3,6% dan anjlok lebih dari 15% pada kuartal ini. Minyak mentah AS jatuh untuk 10 hari berturut-turut, terpanjang sejak Juli 1984, menurut data Refinitiv.

Harga minyak mentah WTI turun 48 sen, atau 0,8 persen, masih stabil di US$ 60,19 per barel, tetapi mendekati harga terendahnya dalam 8 bulan ini di level US$ 59,26 per barel. Penurunan ini menempatkan minyak mentah AS di wilayah tren menurun (bearish) bila menggunakan definisi pasar saham.

Kekhawatiran akan penurunan permintaan dipicu prediksi perlambatan ekonomi tahun depan yang sebagian besar disebabkan oleh perang dagang AS-China.

Pada hari Jumat lalu, data Cina menunjukkan inflasi produsen turun di Oktober dan ini untuk keempat kalinya secara berturut-turut terjadi penurunan yang menunjukkan lesu permintaan domestik dan aktivitas manufaktur. Laporan ini membuat bursa saham global galau.

Harga Minyak mencapai puncaknya pada awal Oktober karena rencana AS menjatuhkan sanksi terhadap Iran. Para investor memperkirakan sanksi ini akan membuat pasokan minyak berkurang. 

Tetapi produsen minyak besar lainnya bisa mengkompensasi perunan pasokan karena sanksi tersebut. Amerika Serikat, Rusia, dan Arab Saudi memproduksi lebih dari 33 juta barel per hari yang mendekati rekor tertinggi dan sepertiga dari minyak dunia.

Washington telah memberikan pengecualian kepada beberapa negara dan bisa membeli minyak Iran untuk sementara. Bernstein Energy sekarang memperkirakan “rata-rata ekspor Iran akan mencapai 1,4 juta hingga 1,5 juta barel per hari” selama periode pembebasan, sekitar setengah volume pada pertengahan 2018. Red 

Komentar

News Feed