oleh

Polemik Revitalisasi Pasar Baru Jatiasih terus Bergulir, Pedagang tak dilibatkan ?

Kota Bekasi, PublikasiNews.Com – Berbagai pertemuan serta sosialisasi yang dijembatani Kepala unit Pasar Baru Jatiasih, Maman Suparman tetap belum menemui titik temu. Pasalnya, pihak pedagang dan perusahaan belum ada kesepakatan bersama terkait penetapan harga kios baru. Seperti diketahui bahwa pelaksanaan revitalisasi akan dilakukan oleh PT MSA beberapa waktu kedepan. Para pedagang Pasar Baru Jatiasih, Kota Bekasi Jawa Barat tersebut, merasa nasibnya terombang-ambing terkait rencana revitalisasi. Pedagang merasa tidak dilibatkan dalam setiap proses tahapannya.

Lapak/kios semi permen yang telah dipersiapkan untuk para pedagang, Tempat Penampungan Sementara (TPS) terletak di Jl. Raya Jatiasih RT.004/RW.004, Jatirasa Kecamatan Jatiasih Kota Bekasi terpantau pada, Jum’at siang (03/01).dok-istimewa

PT MSA dalam Feasibility Study Proyek Pasar Baru Jatiasih tersebut konsep dan design-nya cukup patut. Konsep pasar yang ditawarkan merupakan pembaharuan dari kondisi Pasar Baru Jatiasih yang saat ini tradisional menjadi pasar semi modern. Pembangunan pasar ini melibatkan investor dan kontraktor, dengan pembiayaan dari investor sebesar 80% dari total anggaran. Sisanya 20% akan dibebankan kepada pembeli kios/lapak.

Hendro Arrad Pulungan atau Randal alias Ucok perwakilan dari pedagang Pasar Jatiasih saat disambangi di lapak dagangannya mengatakan bahwa ia dan pedagang lain tentunya sangat mendukung Revitalisasi, namun harga yang ditawarkan tentunya masih dilevel kewajaran.

Hendro Arrad Pulungan atau Randal alias Ucok perwakilan dari pedagang Pasar Jatiasih, Ucok panggilan akrabnya merupakan pedagang yang paling vokal mengkritisi terkait proses Revitalisasi. Tampak Ucok ketika menjawab pertanyaan Wartawan di sela-sela kesibukan menjajakan dagangan buah-buahannya.dok-red

“Masalahnya, dalam proses revitalisasi pedagang tidak semua dilibatkan. Sementara kebijakan pemerintah dan pengembang dirasakan pedagang seperti sangat merugikan pihak pedagang,” kata Ucok saat tengah menjajakan dagangannya pada, Jum’at (3/1/2020) siang.

Hendro Arrad Pulungan yang biasa di panggil Randal atau Ucok ini, merupakan pedagang paling vokal menyuarakan aspirasi para pedagang serta selaku Sekretaris wadah Persatuan Pedagang Pasar Baru Jatiasih(P3BJ)yang selalu kritis menyampaikan keresahan pedagang atas rencana revitalisasi dengan harga kios yang memberatkan pedagang.

Di lokasi, yakni kantor sekretariat unit Pasar. Junaidi Abdillah, ketua pengurus Rukun Warga Pasar (RWP/t-shirt putih) dengan didampingi Kepala unit Pasar Baru Jatiasih, Maman Suparman saat memberikan keterangan pers-nya pada, Jum’at (03/01)_

Ucok juga menuturkan bahwa, Pasar Jatiasih memiliki Rukun Warga Pedagang (RWP). Akan tetapi dalam berbagai hal RWP tersebut dinilai lebih condong berpihak kepada pengembang diduga seperti tidak mewakili para pedagang pasar. Idealnya pedagang seharusnya selalu dapat dilibatkan.

Menurut Ucok, berbagai keputusan yang tertuang dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang sudah disahkan, diakuinya ikut melibatkan pedagang. Tetapi banyak kebijakan yang dituangkan tidak disetujui oleh pedagang, terutama terkait finalisasi harga dan sistem yang diterapkan pengembang kepada para pedagang dalam revitalisasi itu sendiri.

“Tapi entah kenapa RWP-nya menandatangani persetujuan harga dengan nilai tinggi tanpa terlebih dahulu berkoordinasi dengan pedagang,” tutur Ucok.

Harga yang telah disampaikan kepada pembeli Lapak/kios adalah sekitar Rp 30 juta/M2. Jika diasumsikan sementara rata-rata luas lapak/kios sekitar ; 2X3 M2 maka total luas lapak yang ditawarka berkisar Rp 126 miliar. Ironisnya, pembeli Lapak berkewajiban membayar Downpayment (DP) sebesar 20% dari harga jual per meter persegi disaat akad kredit.

“Pedagang diminta down payment (DP) terlebih dahulu sebesar 10 persen untuk biaya diawal, sementara fisik bangunannya belum jadi. Kemudian pedagang juga dibebankan 10 persen lagi setelah sebulan menempati tempat penampungan sementara (TPS), begitupun seterusnya hingga pedagang pasar mengeluarkan uang sebesar 40 persen dari total harga kios yang dilakukan revitalisasi itu sendiri. Setelah itu pedagang akan berurusan dengan pihak bank,” ungkapnya.


Masih kata Ucok, untuk harga yang ditawarkan tersebut tidak melibatkan pedagang pasar. “Sehingga dengan demikian mengacu ke mana dan atas dasar apa pedagang tidak memahaminya terkait harga kios-kios tersebut. Sedangkan Pemerintah merasa sudah mengundang RWP yang justru malah tidak mewakili suara pedagang sendiri,” paparnya.

Masalah berikutnya, lanjut Ucok, adalah proses rencana revitalisasi yang akan segera dilaksanakan di Pasar Baru Jatiasih pada bulan ini. “Bahkan selebaran sudah beredar sejak Oktober lalu yang butirnya bukan menyelamatkan nasib pedagang pasar. Tapi diduga seolah-olah justru menyelamatkan bisnis pengembang,” pungkasnya.

Di lokasi yang sama H. Junaidi Abdillah, ketua Rukun Warga Pasar (RWP) membantah bahwa dirinya dianggap kurang mewakili aspirasi para pedagang. “RWP adalah Rukun Warga Pasar, sifatnya adalah reriungan (rembug) warga yang dipilih oleh warga pasar yang sifatnya independen tidak terbatas, RWP bukan ASN atau pegawai negeri, sifatnya sosial tidak ada gaji atau honor dari siapapun, berkomitmen membantu kepala unit pasar dalam menyampaikan aspirasi pedagang ke pemerintah dalam hal ini ke unit pasar, Aspirasi pedagang sudah kami sampaikan, rapat-rapat yang di perlukan sudah kami adakan mereka semua juga di undang. Jadi tidak benar kalau saya sebagai ketua RWP tidak berfungsi, tapi perlu di ketahui ya, yang resmi dan diakui ya kami ini yang namanya RWP,” ujar Junaid.

Sementara itu, Maman Suparman selaku kepala unit pasar Jatiasih menegaskan, semua proses menuju revitalisasi sudah di lakukan, tinggal satu tahapan yaitu lelang aset. “Ini tinggal eksekusi saja, Tempat Penampungan Sementara (TPS) pun sudah lama di siapkan, ya tetap ada kekurangan tinggal sedikitlah sambil jalan kita bagusi,tahapan semua kita sudah lalui, nanti pastinya ada lagi pemberitahuan melalui selebaran, ataupun secara lisan,” ulasnya.

Kepala Pasar Baru Jatiasih, Maman Suparman ketika disambangi wartawan diruang kerjanya pada, Jum’at (03/01).dok-istimewa

“Karena bagaimana pun, ya TPS harus segera di tempati. Kami menyadari psikologis pedagang, apalagi yang sudah bayar DP pasti minta kepastian. Semua yang sudah DP maupun yang belum pasti akan minta kepastian, kalau itu terjadi tentunya kami yang pertama kali akan jadi sasaran. Tentunya mereka akan tidak percaya lagi apalagi kami ini mewakili pemerintah menginginkan semua nyaman, tidak masing-masing punya kepentingan, saya pingin pedagang nyaman, semua pihak nyaman sehingga revitalisasi ini berjalan dengan baik dan lancar,” tandasnya.[]Jark

Komentar

News Feed