Muna, PUBLIKASInews.com – Festival Meleura yang dibuka pada Rabu (20/12/2017), resmi ditutup oleh Wakil Bupati Muna Abdul Malik Ditu, Minggu (24/12/17).
Sejumlah agenda kegiatan digelar, diantaranya pemilihan dhangka dan kalambe Muna, lomba modero dan lari 10K. Tepat pada pada sore hari seluruh pemenang lomba diumumkan baik kegiatan berbasis kuliner maupun lainnya.
Pagi hari sebelum penutupan dijadwalkan, agenda kegiatan lari 10K digelar. Sejak pagi seluruh peserta lomba lari berkumpul dilokasi start Desa Kondongia Barat Kecamatan Lohia.
Menariknya diarena lomba lari ini tidak hanya penduduk lokal Muna yang berpartisipasi, luar kabupaten pun turut serta. Bahkan pelari negara lain juga turun di Muna ikut lomba. Dua pria asal negara Kenya nampak disela-sela barisan pelari.
Hasilnya memang cukup mengejutkan, dua pria asal benua afrika ini dengan mudah menaklukan rute cukup ekstrim dengan tanjakan dan penurunan yang tajam. Rute yang mengambil finish di Pantai Meleura ini berhasil dilahap dengan mudah.
Mereka berdua menyelesaikan lari dengan urutan pemenang pertama dan kedua. Waktu tempuh yang dicatat juga bikin kaget. Pria Kenya ini mencatatkan waktu 32 menit hingga digaris finish. Dengan begitu mereka berdua berhak membawa pulang hadiah jutaan rupiah.
Tak kalah menarik juga saat penyambutan pemenang Putra Putri Pariwisata Muna atau Dhangka dan Kalambe Muna. Pada sesi ini Kecamatan Lohia berhasil menempatkan utusan sebagai pemenang atau juara umum. Baik Dhangka dan Kalambe Muna, keduanya berasal dari Lohia.
Putri direbut oleh Wa Lasi sementara putranya Rismon Sudrajab. Berkat kemenangan ‘anak’ Lohia ini, mereka berhak mengantongi hadiah berupa piala dan uang tunai. Bupati mengeluarkan hadiah jutaan rupiah dari kantong pribadinya untuk kedua pemenang.
“Festival Meleura inikan masih perdana jadi masih banyak hal yang akan dibenahi kedepannya,” ucap Bupati Muna, usai memberikan hadiah kepada para juara.
Festival Meleura sukses diselenggarakan. Masyarakat yang menyaksikan begitu antusias menyambut acara hiburan ini. Apalagi bentuk kegiatan sarat sekali dengan muatan lokalnya, seperti Kantola dan Modero.
Begitupula kulinernya. Ini semua diapresiasi Plt Gubernur Sultra Saleh Lasata. Lomba khas adat Muna ini akan membangkitkan kembali nilai budaya yang khawatirkan Saleh Lasata akan memudar.
“Kekhawatiran itu diakibatkan oleh arus besar modernisasi yang bisa saja menelan kearifan-kearifan lokal dari leluhur”, Pungkas Saleh. (Jal)
Komentar