oleh

Inggris Tidak Bisa Berpuas Diri Atas Ancaman Diajukan Rusia Terhadap Keamanan Nasional

London, Publikasinews.com – Rusia tidak terbantahkan menimbulkan ancaman yang jauh lebih besar terhadap keamanan nasional daripada kelompok-kelompok teroris seperti al-Qaeda dan ISIS. Pernyataan itu dilontarkan oleh pemimpin baru tentara Inggris.

Jendral Mark Carleton-Smith mengatakan Inggris tidak bisa berpuas diri atas ancaman yang diajukan Rusia atau membiarkannya tidak terbantahkan.

Mantan komandan pasukan elit Inggris, SAS, itu mengatakan Rusia telah membuat kesiapannya menggunakan kekuatan untuk memperluas kepentingannya, sementara itu juga telah “sistematis” dalam upayanya untuk mengeksploitasi ruang siber dan arena militer bawah laut.

“Orang-orang Rusia berusaha untuk mengeksploitasi kerentanan dan kelemahan di mana pun mereka mendeteksinya,” katanya kepada Daily Telegraph.

“Rusia hari ini tak dapat disangkal mewakili ancaman yang jauh lebih besar terhadap keamanan nasional kita daripada ancaman ekstremis Islam seperti al-Qaeda dan ISIL,” katanya, menggunakan nama lain untuk ISIS seperti dikutip dari The Guardian, Minggu (25/11/2018).

Carleton-Smith, yang lulus dari Sandhurst pada tahun-tahun terakhir Perang Dingin, mengambil alih kepala staf umum pada bulan Juni.

Dia memimpin perburuan Osama bin Laden setelah serangan teror 11/9 dan kemudian mempelopori peran Inggris dalam kampanye untuk mengalahkan ISIS.

Sekarang, dengan ancaman dari kelompok-kelompok Islam di Timur Tengah berkurang akibat aksi militer internasional, fokus harus beralih ke Rusia, katanya.

“Kami tidak bisa berpuas diri terhadap ancaman yang diajukan Rusia atau membiarkannya tidak terbantahkan,” Carleton-Smith memperingatkan.

Rusia telah menjadi subyek kecaman internasional atas pencaplokannya terhadap Crimea dan terus terlibat dalam konflik di Ukraina yang juga disalahkan atas jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17.

Kremlin juga telah dituduh melakukan agresi di ruang siber, termasuk ikut campur dalam pemilihan Amerika Serikat (AS) pada 2016 lalu dan serangan terhadap sejumlah kepentingan Barat.

Unit intelijen militernya, GRU, dicurigai memiliki jangkauan global dan dituduh bertanggung jawab atas serangan racun saraf di Salisbury. Red

Komentar

News Feed