Jakarta, Publikasinews.com – Kementerian Keuangan mencatat defisit anggaran per Oktober 2018 mencapai Rp 237 triliun atau 1,6% dari PDB. Defisit berasal dari selisih pendapatan negara Rp 1.483,86 triliun dan belanja negara sebesar Rp 1.720,84 triliun.
“Defisit kita dibanding APBN tahun sebelumnya membaik signifikan. Baik dari sisi nominal dari Rp 237 triliun yang merupakan 1,6% dari GDP,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat Konferensi Pers APBN KITA di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Kamis (15/11/2018).
Meski defisit turun, namun pemerintah masih gali lubang tutup lubang karena realisasi keseimbangan primer sampai Oktober 2018 masih tercatat negatif Rp 23,8 triliun. Dengan kata lain, pemerintah masih berutang untuk membayar bunga utang.
“Perbaikan postur realisasi APBN menunjukkan defisit makin kecil dan keseimbangan primer mendekati 0. Kita berharap momentum terjaga di 2019 nanti,” jelas dia. Dengan realisasi APBN per Oktober 2018, Sri Mulyani percaya diri defisit anggaran sampai akhir tahun ini berada di bawah 2%.
“Dengan defisit kita baru 1,6%, kita perkirakan akhir tahun defisit akan di bawah 2%, antara 1,8-1,96%. Jadi dalam hal ini bisa menekan defisit lebih kecil dari yang sudah dianggarkan, ini betul upaya menurunkan secara konsisten,” ujar dia.
Sebagai informasi, hingga Oktober 2018 penerimaan negara sudah mencapai 78,32% atau Rp 1.483,86 triliun, terdiri dari penerimaan perpajakan yang sebesar Rp 1.160,65 triliun, PNBP sebesar Rp 315,43 triliun, dan hibah sebesar Rp 7,76 triliun.
Belanja negara yang mencapai 77,49% atau Rp 1.720,84 triliun terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp 1.074,84 triliun dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp 646,41 triliun. Red
Komentar