oleh

Menguatnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) Penurunan Harga Emas Masih Terjadi

Jakarta, Publikasinews.com – Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun Rp 3.030 menjadi Rp 610.340 per gram, dari sebelumnya Rp 613.370 per gram.

Penurunan masih terjadi di tengah menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kemarin, meskipun hari ini sudah berbalik dibanting.

Berdasarkan harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia hari ini (9/11/18), harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram melemah menjadi Rp 61,03 juta dari harga kemarin Rp 61,33 juta per batang.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Emas Antam hari ini ditetapkan pada Rp 580.000 per gram, turun dari posisi kemarin Rp 575.000. Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.

Untuk jenis lain, Antam juga menawarkan emas batik dan emas tematik serta menampilkan harga hariannya di situs yang sama. Di sisi lain, Antam juga menjual emas batangan dengan dasar ukuran mulai 1 gram hingga 500 gram di berbagai gerai yang tersedia di berbagai kota, dari Medan hingga Makassar.

Harga dan ketersediaan emas di tiap gerai bisa berbeda. Harga emas tersebut sudah termasuk PPh 22 0,9%. Masyarakat bisa menyertakan NPWP untuk memperoleh potongan pajak lebih rendah yaitu 0,45%. Turunnya harga emas ukuran kecil itu mengindikasikan risiko yang melemah kemarin.

Beberapa faktor yang memengaruhi harga emas adalah nilai tukar rupiah, penawaran-permintaan, permintaan industri emas, isu global, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga.

Penguatan harga emas Antam biasanya mencerminkan kecenderungan masyarakat untuk memburu emas ritel ketika kondisi tidak kondusif, sehingga mencerminkan fungsi logam mulia sebagai instrumen yang dinilai lebih aman (safe haven) untuk masyarakat di dalam negeri.

Saat ini, kondisi pasar keuangan dan investasi domestik masih tertekan, terutama dari sisi rupiah. Red

Komentar

News Feed